Landasan
Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Landasan atau dasar program merupakan
suatu keputusan awal dan menentukan yang harus diambil oleh pemegang kebijakan
pendidikan di sekolah bagi terwujudnya suatu program bimbingan dan konseling
sekolah. Merancang keputusan dasar yang kuat memerlukan usaha kerjasama semua
unsur dan personel sekolah, termasuk dengan orang tua dan masyarakat, sehingga
program bimbingan dan konseling bisa diterima dan memberikan manfaat bagi semua
siswa. Dengan demikian, selama tahap pengembangan program bimbingan dan
konseling, para stakeholder hendaknya bermusyawarah untuk menentukan filosofi,
misi dan fungsi dan isi keseluruhan program. Dasar pengembangan program yang
lengkap merupakan hal yang sangat penting untuk memastikan bahwa program
bimbingan dan konseling sekolah menjadi suatu bagian utuh dari seluruh program
pendidikan untuk keberhasilan para siswa.
Proses penyusunan program bimbingan dan konseling di
sekolah dilakukan melalui delapan tahap aktivitas, yaitu :
1) mengkaji kebijakan dan
produk hukum yang relevan;
2) menganalisis harapan dan
kondisi sekolah;
3) menganalisis
karakteristik dan kebutuhan siswa;
4) menganalisis program, pelaksanaan,
hasil, dukungan serta faktor-faktor penghambat program sebelumnya;
5) merumuskan tujuan
program baik umum maupun khusus;
6) merumuskan alternatif
komponen dan isi kegiatan;
7) menetapkan
langkah-langkah kegiatan pelaksanaan program, dan
8) merumuskan rencana
evaluasi pelaksanaan dan keberhasilan program.
1) Mengkaji kebijakan dan produk
hukum yang relevan;
Mengkaji kebijakan dan produk hukum
yang relevan baik tingkat institusi (sekolah) maupun nasional dimaksudkan agar
pengembangan program bimbingan dan konseling sekolah tidak bertentangan dengan
kebijakan umum yang berlaku dan ditentukan oleh pemerintahan pusat, daerah
maupun sekolah sebagai tempat implementasi program. Karena itu, sebelum
memulai melakukan penyusunan program konselor perlu mengkaji terlebih dahulu
produk-produk kebijakan yang berlaku. Sebagai contoh dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan tidak mungkin suatu sekolah menggunakan
standar kurikulum selain yang ditentukan dan diberlakukan secara nasional oleh
Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS).
2) Menganalisis harapan dan kondisi
sekolah;
Menganalisis harapan dan kondisi
sekolah merupakan langkah yang harus dilakukan konselor untuk mengetahui
keadaan, kekuatan, kelemahan atau kekurangan sekolah. Sangat tepat jika
dilakukan analisis dengan teknik SWOT (Strengt, Weakness, Oppornuty, Treath),
sehingga dapat diketahui secara tepat kekuatan, kelemahan, peluang atau
kesempatan, dan ancaman yang dihadapi sekolah. Dalam melakukan analisis ini,
jika diperlukan sekolah dapat meminta bantuan tenaga ahli. Merumuskan tujuan
yang ingin dicapai sekolah ditetapkan berdasarkan atas kebijakan yang berlaku
dan analisis kondisi sekolah.
3) Menganalisis karakteristik dan
kebutuhan siswa;
Program bimbingan dan konseling
merupakan rancangan aktivitas dan kegiatan yang akan memfasilitasi tercapainya
tujuan pendidikan nasional. Artinya, program bimbingan dan konseling di sekolah
harus menyediakan sistem layanan yang bermanfaat bagi kemajuan akademik, karir
dan perkembangan pribadi-sosial para siswa dalam menyiapkan dan menghadapi
tantangan masa depan dalam kehidupan pribadi, masyarakat dan bangsanya di masa
depan. Berdasarkan itu semua, maka semua pemegang kebijakan pendidikan di
sekolah lebih memahami karakteristik dan kebutuhan siswa yang merupakan subjek
layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Data
atau informasi tentang karakteristik dan kebutuhan siswa merupakan komponen
atau faktor-faktor yang berkaitan dengan penentuan tujuan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Data yang sudah terkumpul perlu dianalisis secara
cermat dan komprehensip (menyeluruh), untuk kemudian ditafsirkan dan
diimplementasikan dalam beberapa alternatif rencana program bimbingan dan
konseling di sekolah. Alternatif program tersebut harus dievaluasi dan dipilih
mana yang memiliki peluang paling besar untuk mencapai tujuan, tetapi paling
hemat dalam menggunakan tenaga, waktu, dan biayanya.
4) Menganalisis
program, pelaksanaan, hasil, dukungan serta faktor-faktor penghambat program
sebelumny
Sebelum alternatif program bimbingan
dan konseling yang dipilih dilaksanakan, konselor perlu menjabarkan secara
rinci program itu sampai dengan tahap-tahap pelaksanaannya. Dalam setiap tahap
pelaksanaan, paling tidak harus jelas mengenai: (1) sasaran yang ingin dicapai,
(2) kegitan yang akan dilakukan, (3) siapa pelaksana dan penanggung jawabnya,
(4) kapan waktu pelaksanaanya, dan (5) sarana atau pra sarana dan dana yang
diperlukan.
5) Sistem manajemen program bimbingan dan konseling
Apakah suatu sekolah dapat melaksanakan layanan bimbingan dan konseling tanpa membuat
suatu program kegiatan bimbingan dan konseling? Misalnya, pada suatu sekolah
hanya memiliki seorang konselor yang memiliki kompetensi dan kualifikasi
professional sebagai konselor, sedangkan guru mata siswaan, wali kelas dan
staf sekolah lainnya dan tidak ikut melibatkan diri dalam kegiatan
layanan bimbingan dan konseling. Cara kerja dalam kegiatan layanan bimbingan
dan konseling seperti ini tidak menunjukan adanya suatu kelompok
bimbingan dan konseling (team work) yang sinergis. Cara kerja dalam kegiatan
layanan bimbingan dan konseling semacam ini bisa saja dilaksanakan tetapi tidak
memiliki dampak yang positif dalam membantu perkembangan opkelompokal siswa.
Tanpa perencanaan program, layanan bimbingan dan konseling tampaknya praktis
dan simpel, tetapi mempunyai banyak kelemahan diantaranya : 1) program yang
tidak didasari pemikiran secara matang mengakibatkan program kurang dapat
dipertanggung jawabkan, 2) tidak ada kontinyuitas dalam
pelayanan, 3) sukar untuk mengevaluasi kerja yang telah dilalukan.
Apakah pelayanan itu betul-betul relevan dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada,
akan lebih sukar dilakukan pengecekan. Dengan membuat rencana program bimbingan
dan konseling, layanan kepada subjek sasaran akan lebih baik, kebutuhan dapat
dilayani, di samping tenaga dan fasilitas lain dapat dimanfaatkan secara
efisien.
Program bimbingan dan konseling memuat unsur-unsur yang terdapat dalam berbagai
ketentuan tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah seperti: (1)
visi dan misi,
(2) tujuan,
(3) kegiatan,
(4) strategi dan atau teknik,
(5) pelaksana dan penanggung jawab,
(6) waktu,
(7) tempat,
(8) biaya dan fasilitas lainnya,
(9) rencana evaluasi. Murro & Kottman (1995)
mengemukakan bahwa struktur program bimbingan komprehensif diklasifikasikan ke
dalam empat jenis layanan yaitu
1. layanan dasar
bimbingan,
2.
layanan responsif,
3.
layanan perencanaan individual,
4.
dukungan sistem.
A. Layanan Dasar Bimbingan
Layanan dasar bimbingan merupakan
layanan bantuan bagi siswa melalui kegiatan-kegiatan kelas atau di luar kelas,
yang disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu siswa mengembangkan
potensinya secara opkelompokal.
Layanan ini bertujuan untuk membantu
semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang
sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya. Tujuan layanan ini dapat
juga dirumuskan sebagai upaya membantu siswa agar:
1. Memiliki kesadaran, pemagahaman diri
tentang diri dan lingkungan
2. Mampu mengembangkan keterampilan untuk
mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang tepat
3. Mampu menangani atau mamanuhi
kebutuhan dan masalahnya, serta mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai
tujuan hidupnya.
B. Layanan responsif
Komponen layanan responsif dalam
program bimbingan dan konseling sekolah, terdiri atas kegiatan-kegiatan
untuk menemukan kebutuhan dan persoalan yang tengah dihadapi siswa. Penyelesaian
kebutuhan atau persoalan ini memerlukan konseling, konsultasi, pengalihan,
fasilitasi maupun informasi dari teman sebaya. Komponen ini disediakan bagi
seluruh siswa dan seringkali siswa diberi inisiasi melalui self-referral. Bagaimanapun
guru, orangtua/wali dan orang lain bisa juga membantu siswa. Walaupun konselor
sekolah memiliki keterampilan dan pelatihan khusus dalam merespon kebutuhan dan
persoalan semacam ini, kerjasama dan dukungan dari seluruh pihak sekolah dan
seluruh staf tetap diperlukan bagi suksesnya implementasi program layanan
responsif.
Layanan responsif disampaikan melalui
strategi-strategi seperti,
konsultasi: konselor berkonsultasi dengan orangtua/wali,
guru, tenaga pendidik lain atau dengan agen masyarakat mengenai strategi untuk
membantu siswa dan keluarga. konselor tampil sebagai advokat bagi siswa.
Konseling individual
dan kelompok kecil: konseling diberikan dalam suatu kelompok kecil atau atas
dasar individual bagi siswa dalam mengungkapkan kesulitasn-kesulitan yang
berkenaan dengan hubungan, masalah pribadi atau tugas-tugas perkembangan
pribadi mereka. konseling individual dan kelompok kecil membantu siswa dalam
mengidentifikasi masalah, sebab-sebab, alternatif, dan konsekuensi yang mungkin
terjadi, sehingga mereka dapat mengambil tindakan yang tepat. konsleing semacam
ini pada dasarnya berjangka pendek. konselor sekolah tidak memberikan terapi.
jika diperlukan, pengalihan dibuat terhadap sumber-sumber masyarakat yang
tepat.
Konseling krisis : konseling krisis memberikan pencegahan, intervensi dan
tindak lanjut. Konseling dan dukungan diberikan pada siswa dan keluarga dalam
menghadapi situasi darurat. Konseling semacam ini biasanya jangka pendek dan
bersifat sementara, saat dibutuhkan, pengalihan dapat dibuat terhadap
sumber-sumber masyarakat yang tepat. Konselor sekolah dapat memegang peran sebagai
pemimpin dalam proses intervensi krisis suatu kelompok dalam lembaganya.
Alih tangan (referal) : konselor menggunakan sumber acuan untuk menangani kasus
krisis seperti keinginan bunuh diri, kekerasan, pelecehan, depresi dan
kesulitan keluarga. sumber acuan ini bisa meliputi agen-agen kesehatan mental,
tenaga kerja dan program pelatihan, layanan bagi remaja serta layanan sosial
dan kemasyarakatan lainnya.
Fasilitasi oleh teman sebaya : banyak konselor
melatih siswa sebagai perantara teman sebaya, manajer konflik, tutor maupun
mentor. Teknik-teknik pemecahan masalah dan resolusi konflik digunakan untuk
membantu siswa belajar bagaimana mereka bergaul dengan orang lain. Melalui
perantara teman sebaya, siswa dilatih dalam suatu sistem agar berguna bagi
teman terdekatnya yang sedang memiliki masalah dalam bergaul dengan orang lain.
C. Perencanaan individual
Dalam perencanaan individual, konselor
sekolah mengkoordinasikan kegiatan secara sistemik dan berkelanjutan serta
dirancang untuk membantu siswa secara individual dalam menetapkan tujuan
pribadi dan mengembangkan rencana mereka di masa depan. Konselor sekolah
mengkoordinasikan kegiatan bantuan bagi seluruh rencana siswa, mengawasi dan
menangani proses belajar siswa termasuk menemukan kompetensi dalam area
akademis, karir dan perkembangan pribadi-sosialnya. Dalam komponen ini siswa
mengevaluasi tujuan edukasional, okupasional dan tujuan personal mereka.
Konselor sekolah membantu siswa membuat pilihan dari sekolah ke sekolah,
sekolah ke pekerjaan maupun sekolah ke pendidikan tinggi atau karir setelah
mereka lulus dari suatu sekolah.
Aktivitas ini umumnya disampaikan atas
suatu dasar individual atau dengan bekerja sama dengan individu lain dalam
kelompok kecil maupun kelompok penasehat. Orangtua atau wali bersama personil
sekolah lainnya seringkali terlibat dalam aktivitas semacam ini. Penyampaian
sistematis tentang perencanaan individual bagi tiap siswa meliputi strategi
yang terdokumentasi bagi keberhasilan siswa.
Perencanaan individual bagi siswa
diimplementasikan melalui beberapa strategi sebagai berikut:
1) Penilaian indiuvidual/kelompok kecil:
konselor sekolah mengadakan analisis dan evaluasi terhadap kemampuan, minat,
keterampilan, dan prestasi siswa. uji informasi dan data lainnya sering digunakan
sebagai dasar bagi pemberian bantuan pada siswa dalam mengambangkan rencana
jangka pendek dan jangka panjang mereka.
2) Pemberian saran pada individual/kelompok
kecil: konselor sekolah memberi saran pada siswa dengan menggunakan informasi
pribadi/ sosial, karir dan pasar tenaga kerja dalam perencanaan tujuan pribadi,
edukasional dan okupasional siswa. keterlibatan siswa, orangtua/wali dan pihak
sekolah dalam merencanakan program siswa yang sesuai dengan kebutuhan mereka
merupakan hal yang penting.
D. Dukungan sistem
Dukungan sistem terdiri atas aktivitas
manajemen yang membentuk, memelihara dan meningkatkan efektivitas serta
efisiensi bimbingan dan konseling sekolah secara keseluruhan. Konselor sekolah
menggunakan keterampilan kepemimpinan serta advokasi mereka untuk mempromosikan
perubahan yang sistemik dengan cara berkontribusi dalam aspek-aspek seperti
dibawah ini,
a) pengembangan profesional: konselor sekolah terlibat
secara rutin dalam memperbaharui dan membagi pengetahuan serta keterampilan
profesional mereka melalui :
1) Pelatihan in-servis : konselor sekolah
menghadiri pelatihan in-servis sekolah untuk menjamin keterampilan mereka akan
diperbaharui di bidang pengembangan kurikulum, teknologi dan analisis data.
Mereka juga diberikan pengajaran in-servis yang ada dalam kurikulum bimbingan
dan konseling sekolah serta bidang-bidang lainnya yang berkaitan dengan sekolah
dan masyarakat.
2) Keanggotaan asosiasi profesional : seiring
dengan konsep dan orientasi bimbingan dan konseling sekolah yang terus berubah
dan berkembang, konselor sekolah dapat meningkatkan kompetensi mereka
dengan cara mengikuti konferensi dan pertemuan-pertemuan asosiasi
profesional.
3) Pendidikan pasca kelulusan: sejalan dengan
penyelesaian rangkaian pekerjaan di sekolah, konselor sekolah hendaknya
menambah wawasan dan kemampuan dengan mengikuti pendidikan lanjutan yang
berkontribusi terhadap kualitas profesinya.
b) Konsultasi, kolaborasi dan
pembentukan kelompok: melalui konsultasi, pembentukan partner, kolaborasi dan
pembentukan kelompok, konselor sekolah memberikan kontribusi penting bagi
sistem sekolah.
1) Konsultasi: konselor hendaknya berkonsultasi
dengan guru, staf sekolah dan orangtua/wali siswa secara rutin dengan tujuan
untuk memperoleh informasi, memberi dukungan pada komunitas sekolah dan untuk
menerima umpan balik atas kebutuhan siswa.
2) Pembentukan partner dengan staf,
orangtua/wali serta masyarakat terkait: hal ini melibatkan orientasi staf,
orangtua/wali, dunia bisnis dan industri, organisasi sosial serta anggota
masyarakat dalam program konseling sekolah yang komprehensif melalui aktivitas
seperti partnership, media lokal, surat kabar, dan presentasi.
3) Pengembangan jaringan: aktivitas yang
termasuk dalam area ini dirancang untuk membantu konselor agar mendapat
pengetahuan tentang sumber daya dalam masyarakat, agen referral, situs-situs,
kesempatan kerja dan informasi tentang bursa kerja lokal. hal ini bisa juga
mencakup kunjungan konselor ke lembaga bisnis-bisnis lokal, industri dan agen
atas dasar kebiasaan.
4 Badan penasehat : konselor sekolah aktif
dalam pelayanan di badan-badan penasehat, komite masyarakat dan sebagainya
dengan cara mendukung program-program lain di dalam sekolah dan
masyarakat, maka konselor sekolah akan mendapatkan dukungan bagi program
bimbingan dan konseling sekolah.
c) Manajeman dan operasi
program: aktivitas ini mencakup perencanaan dan tugas-tugas manajemen yang
dibutuhkan untuk mendukung aktivitas yang dilaksanakan dalam program bimbingan
dan konseling sekolah mencakup juga tanggung jawab yang harus dipikul sebagai
anggota staf sekolah.
1) Aktivitas manajeman: meliputi
pembiayaan, fasilitasi, kebijakan dan prosedur, serta penelitian dan
pengembangan sumber daya.
2) Analisis data: konselor menganalisis kaitan
antara prestasi siswa dan program bimbingan dan konseling. Kegiatan ini berguna
untuk mengevaluasi program bimbingan dan konseling, melakukan penelitian
terhadap aktivitas yang dihasilkan serta menemukan jurang pemisah antara
kelompok-kelompok siswa yang perlu diluruskan. Analisis data membantu
pengembangan program bimbingan dan konseling sekolah beserta sumber-sumber di
dalamnya.
3) Pembagian tanggung jawab secara adil:
sebagai anggota dalam sistem pendidikan, konselor sekolah harus menampilkan
pembagian tanggung jawab secara adil.
1. Program Evaluasi
Evaluasi program bimbingan dan konseling bukan merupakan
kegiatan akhir. Artinya, kegiatan evaluasi merupakan suatu kegiatan yang
berkesinambungan atau lebih tepat bila dikatakan siklus sebab tidak berhenti
sampai terkumpulnya data atau informasi, tetapi data atau informasi itu
digunakan sebagai dasar kebijakan atau keputusan dalam pengembangan program
bimbingan dan konseling selanjutnya. Karena itu kegiatan evaluasi program
bimbingan dan konseling hendaknya memperhatikan prosedur dan langkah-langkah
serta metoda atau strategi yang harus digunakan.
Prosedur evaluasi, yaitu meliputi serangkaian kegiatan
yang berurut sebagai berikut :
a. Identifikasi tujuan yang akan dicapai
Melakukan identifikasi terhadap tujuan yang ingin dicapai
sangat penting karena memberikan arah pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Artinya selama melakukan evaluasi tetap mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan. Langkah awal kegiatan evaluasi adalah menetapkan parameter atau
batasan-batasan yang akan dievaluasi, dapat dipusatkan pada program bimbingan
dan konseling secara keseluruhan atau pada tujuan khusus secara terpisah-pisah.
Tujuan itu hendaknya jelas, singkat, operasional dan dapat diukur.
b. Pengembangan rencana evaluasi
Pengembangan
rencana evaluasi merupakan langkah lanjutan setelah menetapkan tujuan yang
ingin dicapai. Komponen-komponen rencana evaluasi program bimbingan dan
konseling yang perlu dikembangkan antara lain:
1) data atau informasi yang
dibutuhkan;
2) alat pengumpulan data yang
digunakan;
3) sumber data atau
informasi yang dapat dihubungi;
4)
personel pelaksanaan;
5)
waktu pelaksanaan;
6)
kriteria penilaian; dan
7) bagaimana pelaporan dan pada
siapa laporan itu disampaikan.
c.
Pelaksanaan Evaluasi
Setelah rencana itu disusun dan disetujui, pelaksanaan
evaluasi program bimbingan dan konseling dan konseling dan konseling dan
konseling dan konseling bergantung pada cara/metoda yang digunakan. Prinsip pelaksanaan
evaluasi perlu memperhatikan faktor-faktor yang telah direncanakan sehingga
terjadi berinteraksi antara faktor yang satu dengan lainnya dan dapat membantu
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
d.
Pelaporan dan Pemanfaatan Hasil Evaluasi
Pelaporan
dan pemanfaatan hasil evaluasi dianggap sangat penting sebab langkah ini
merupakan bentuk konkrit sikap akuntabilitas atas program dan hasil kegiatan
yang telah dilakukan seorang konselor beserta staf yang lainnya. Hasil kegiatan
evaluasi yang baik adalah yang dapat memberikan sumbangan pertimbangan dalam
membuat kebijakan dan keputusan selanjutnya. Program
bimbingan dan konseling itu diganti, diubah atau dikembangkan semata-mata
berdasarkan hasil evaluasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar